No_paul PUNK
PEMEKARAN NILAI ORANG MUDA KATOLIK
1. Pendahuluan
Mencermati
situasi dan kondisi tatanan nilai yang berkembang dalam masyarakat
jaman ini sungguh menimbulkan suatu keprihatinan yang luar biasa. Hal
ini ditandai dengan begitu banyak tatanan nilai yang dirusakan oleh
manusia-manusia jaman ini yang katanya semakin modern dan terbuka.
Globalisasi menjadi biang kerusakan keadaban publik menjadi sorotan
sentral dan melupakan manusia sebagai pelaku utama globalisasi. Tercatat
ada empat hal yang merupakan dampak dari globalisasi, pertama, mengukur segala sesuatu secara kapital/materi, kedua, ketergantungan, ketiga, ketidakdilan, keempat,
nilai-nilai sekularisasi( terutama dalam hal-hal keagamaan ). Arus
deras informasi baik melalui media cetak maupun elektronik sangat
berperan dalam menggilas pribadi, menyerang keluarga dan
masayarakat umum disaat-saat
mereka
santai, melalui bujukan-bujukan halus dan menghibur untuk membeli
produk-produk dan gaya hidup. Tidak mudah lagi membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk, mana yang benar dana mana yang salah, mana yang
perlu dan mana yang sekedar mendatangkan kesenangan. Masalahnya ialah
berbagai informasi ini dapat dengan mudah berperan sebagai kekuatan yang
membentuk pendapat umum yang seolah-olah benar dan baik( Nota Pastoral KWI 2004 no.11).
Maka Bapa-Bapa Waligereja dalam refleksinya melalui Nota Pastoral tahun
2004 menyebutkan bahwa masalah serius yang kita hadapi dan alami adalah
persoalan rusaknya keadaban publik. Keadaban publik sangat berkaitan
erat dengan tatanan nilai yang dihidupi pribadi dan masyarakat. Maka
kerusakan keadaban publik disebabkan karena tatanan nilai
diombang-ambingkan dalam kebersamaan. Kehidupan dirasakan dan dialami
tidak sesuai lagi dengan nilai-nilai budaya dan agama. Segala sesuatu
diukur dengan materi, uang dan kedudukan.
Menanggapi
situasi yang sangat memprihatinkan ini, kita diharapkan agar
mengembangkan budaya alternatif untuk semua lapisan warga masyarakat
termasuk kaum muda yang notabene berlabelkan Katolik melalui Pendidikan
Nilai. Pengembangan budaya alternatif dengan pendidikan nilai bagi orang
muda kiranya sangat strategis karena orang muda masih berada dalam
tahap pengembangan diri dan pencarian identitas, sehingga
pendidikan/pemekaran nilai akan sangat efektip bagi pembentukan karakter
dan pengembangan diri yang baik dan sekaligus kristiani.
2. Pendidikan Nilai/ Pemekaran Nilai – Nilai
Globalisasi
dan kemajuan perkembangan teknologi komunikasi memberikan berbagai
kemudahan namun dampak negatifnya justru jauh lebih besar. OMK menjadi
individualis, komsumtif, apatis, hedonis dan kehilangan daya kritis.
Bahkan OMK mengalami krisis moral dan iman. Situasi ini semakin
diperparah oleh lemahnya pendampingan dari keluarga dan masyarakat.
Faktor penting yang mengakibatkan situasi ini adalah lemahnya Pendidikan
Nilai kehidupan yang diberikan kepada orang muda. Sementara pesatnya
perkembangan teknologi informasi telah menghasilkan nilai-nilai baru
yang berhasil menggeser nilai-nilai luhur tradisi dan kearifan lokal
yang sebelumnya diakui dan diyakini sebagai pegangan hidup.
Mungkin
kita akan bertanya mengapa kita perlu mengadakan Pendidikan Nilai? Apa
sumbangan pendidikan nilai bagi perbaikan hidup manusia baru khususnya
kaum muda? Orang muda seperti apa yang diharapkan dari pendidikan nilai
ini? Hasil Pernas orang muda Katolik di Cibubur tanggal 12-16 November 2005
mengkaji secara lebih mendalam tentang rusaknya keadaban publik dalam
hidup bersama: korupsi, kekerasan dan kerusakan lingkungan hidup,
semakin merosotnya pengalaman akan nilai-nilai kehidupan universal, maka
OMK dianggap harus diikutsertakan dalam melakukan sesuatu bagi
pembentukan keadaban baru karena disadari dalam diri OMK juga mulai
merosot nilai-nilai universal, nilai-nilai budaya dan kearifan lokal
yang merupakan pegangan hidup OMK sendiri.
3. Apa itu NILAI
Kita
ketahui bahwa, nilai merupakan kualitas yang menyebabkan suatu hal
disukai, dikehendaki, dihargai, sehingga layak dicari dan diperjuangkan
oleh manusia. Nilai sangat berhubungan dengan kebaikan di dalam sesuatu
sehingga menimbulkan daya tarik bagi hasrat
dan
keinginan. Nilai berkaitan dengan penghendakan yang mendorong manusia
untuk melakukan aktivitas. Ia menjadi motor, penggerak yang mendorong
manusia untuk menghendaki dan melakukan sesuatu. Oleh sebab itu, NILAI
selalu bertitik tolak dari manusia dan kesadarannya akan dirinya
sendiri.
Nilai
sangat penting dalam kehidupan manusia. Ia menjadi pegangan hidup dan
prinsip hidup seseorang sehingga mempengaruhi tindakannya. Artinya bahwa
nilai dapat dimengerti sebagai norma atau patokan yang selalu
mengarahkan manusia kepada perbuatan-perbuatan yang luhur guna
memperoleh kebahagiaan di dalam kehidupannya.
Dengan
mengetahui dan menyadari betapa pentingnya nilai-nilai yang harus
menjadi pegangan kehidupan kita OMK, maka perlu menoleh sejenak,
merenungkan dan melihat pengalaman “ADA BERSAMA” baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat dan selanjutnya kita bertanya,”Adakah nilai-nilai itu sudah tergusur dan tergeser akibat perkembangan jaman?
Kalau ternyata di kalangan OMK paroki Pukaone mengalami dan merasakan
pergeseran nilai-nilai akibat digusur oleh perkembangan jaman, dampak
dari globalisasi, maka kita perlu: pertama,
membangun daya imajinasi untuk merangkai dan menggambarkan mimpi atau
harapan untuk dapat merubah dan memperbaiki nilai-nilai yang sudah
tergusur dan tergeser. Kedua, eksplorasi, kita berusaha untuk menjelajahi seluruh kemungkinan yang bisa menggerakkan dan mendukung pencapaian imajinasi. Ketiga,
kreatifitas yang terbuka pada ide atau gagasan baru serta berani
menanggung resiko untuk memperbaiki segala macam cap negatip yang
dibebankan pada diri OMK. Keempat,
refleksi, tahap ini kita mengevaluasi diri kita untuk melihat lebih
jauh segala sikap dan perbuatan kita yang mungkin sudah sangat jauh
mengangkangi nilai-nilai universal, nilai-nilai kearifan lokal dan
nilai- nilai sekularisasi khusus dalam hal agama.
4. Keprihatinan NILAI dalam “Ada bersama”
Menanggapi
keprihatinan kita semua dan harapan Bapa Wali Gereja/para Uskup dalam
hal pendidikan nilai bagi OMK, maka ditemukan nilai-nilai yang mendasar
bagi perkembangan orang muda. Pasti masih ada nilai-nilai penting lain
yang juga perlu dikembangkan. Pembentukan itu akan lebih efektif jika
lingkungan keluarga dan masyarakat berusaha keras untuk menjalankan
gerakan habitus baru dalam mewujudkan tatanan nilai yang baru yang
perlu dimekarkan dalam kebersamaan.
a) Militansi/daya juang Hidup Beriman
Yang
dimaksudkan dengan militansi hidup beriman adalah
kegoncangan/keraguan/kegelisahan OMK akan imannya maka perlu diperbaiki
dan diperhatikan dengan lebih serius. OMK gelisah mengenai mudahnya
orang muda goncang dalam soal iman dan militansi/daya juang orang muda
dalam menghayati imannya sangat lemah. Disadari bahwa orang muda kurang
menghayati dan memahami imannya dengan baik, dan penghayatan nilai-nilai
kristiani sangat rendah, maka orang muda kurang mau terlibat dalam
kehidupan menggereja dan tidak berani memberikan kesaksian tentang
imannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak jarang banyak orang
muda sangat gampang ikut arus dan pindah ke agama lain karena dangkalnya
penghayatan akan apa yang diimaninya. Untuk itu OMK diharapkan bisa :
· Mengerti dasar-dasar iman Katolik dengan baik.
· Merefleksikan dan menghayati iman dengan baik dan menjadi saksi Kristus.
· Mampu mengekspresikan dan memperjuangkan dalam hidup.
· Memancarkan semangat Kristus dalam hidupnya .
· Tidak mudah menyerah jika dihadapkan pada persoalan hidup yang rumit.
· Iman
Katolik : mutiara yang paling berharga menjadi sumbangan yang sangat
berharga bagi dunia menuju tujuan akhir kehidupan yaitu keselamatan dan
kedamaian.
b) Nilai Cinta
Kenyataan
yang dialami OMK sekarang ini sudah mulai muncul sebuah fenomena baru
yaitu OMK mulai kehilangan arah dan pemahanan tentang cinta. Hal ini
mengakibatkan sebagian besar OMK mengalami krisis cinta yang kian
mengancam eksistensi OMK, ditandai dengan merebaknya budaya kematian
yang ditandai dengan kekerasan, free sex, narkoba(minum mabuk),
perusakan lingkungan.
Maka OMK sangat diharapkan :
· Sadar bahwa Allah menciptakan kita karena cintaNYA.
· Mampu mengungkapkan semangat hidup karena dicintai.
· Mampu mewujudkan cinta melalui kerelaan untuk berbagi.
· Menemukan kembali arah pemahaman tentang cinta ( dari eros ke agape ).
· Menyadari,
mengenal dengan utuh diri, lingkungan dan sesama terutama Tuhan serta
menyadari sungguh bahwa Tuhan selalu hadir dalam diri karena Dia adalah
sumber cinta sejati.
· Senantiasa
berpikir, bertindak, berinteraksi dalam semangat cinta baik personal
maupun komunal/kelompok sehingga kemuliaan Allah menjadi sungguh nyata
dalam kehidupan umat manusia.
· Cinta menghadirkan damai, tentram, adil.
· Cinta membuat OMK sanggup menerima diri dan sesama dengan kelebihan dan kekurangan.
· Cinta memampukan OMK lebih peka terhadap keadaan sekitar.
· Cinta mendorong OMK semakin kreatif dan penuh daya cipta, semangat berjuang yang tinggi serta siap sedia berkorban.
c) Nilai Persaudaraan Sejati
Percakapan
tentang persaudaraan sejati masih sebatas sebuah impian di kalangan
orang muda. Fakta membuktikan bahwa organisasi OMK sering tidak berjalan
bahkan hancur berantakan karena nilai persaudaraan sejati belum
sepenuhnya tertanam dalam diri OMK. Kecemburuan, iri hati, egoisme,
kebencian, persekongkolan, pemboikotan sering menjamur dalam kebersamaan
OMK. Sering terjadi tawuran massa antar kampung yang disponsori oleh
orang muda yang berlabelkan Katolik. Dimanakah ciri khas kekatolikan
kita?
Maka sangat perlu OMK
· Harus menanamkan nilai persaudaraan sejati dalam kehidupan “ada bersama” dengan yang lain.
· Ada rasa kebersamaan sebagai satu saudara dalam iman akan Kristus.
· Mampu membangun kerja sama dengan siapa saja tanpa ada perbedaan suku, etnis, cantik, ganteng, kurus, gemuk,keriting, air dll.
· Tidak membeda-bedakan dengan siapa dia bergaul.
· Bekerja
bersama dan hidup bersama dalam rasa persaudaraan yang berpusat pada
semangat Trinitaris, persekutuan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus.
· Memiliki
sikap terbuka, rendah hati, berbelarasa, empati dan mau menerima siapa
saja yang berkehendak baik dalam membangun Kerajaan Allah.
d) Nilai Kehidupan
Hidup
adalah anugerah dari Allah dan tetap milik Allah, dan unik. Karena itu
disyukuri dengan bertanggung jawab atas kehidupan. Namun kenyataan di
kalangan OMK khususnya muncul berbagai persoalan orang muda yang tidak
lagi mencintai dirinya dengan mengkonsumsi narkoba(minum mabuk dll),
free sex, merusak lingkungan hidup, melakukan aborsi.
Maka diharapkan OMK:
· menyadari dan memahami hidupnya sebagai anugerah yang unik dari Allah.
· Mampu mengungkapkan syukur atas hidup yang dikaruniakan Tuhan.
· Mampu mengungkapkan perhatian terhadap hidupnya, memelihara dan mencintai dirinya dan sesama.
· Hidup
adalah suatu pemberian dari Allah sehingga suci adanya. Kesucian hidup
ini sudah mengandung kualitasnya. Kualitas hidup dimengerti dalam tiga
dimensi, pertama kualitas kebutuhan (kesejahteraan fisik), kedua kualitas keinginan atau aspirasi (subyektif), dan ketiga kualitas nilai-nilai (kebaikan etis, religius, cultural, relasi interpersonal dan cinta).
· Konsep
kualitas hidup harus dimengerti secara benar. Pengertian akan kualitas
hidup yang salah bisa mendatangkan malapetaka dan bencana karena bisa
digunakan sebagai ukuran layak tidaknya seseorang untuk hidup.
· Bagaimanapun semua orang dalam segala dimensi dan fasenya berhak untuk hidup.
e) Nilai Tanggungjawab
Gejala
yang muncul dalam kehidupan OMK saat ini adalah sikap cuek, masa bodoh
terhadap diri sendiri (misalnya: terlibat dalam narkoba, seks bebas) dan
akan apa yang terjadi dalam kehidupan menggereja (misalnya tidak mau
terlibat dalam kegiatan bersama di Gereja, Komunitas Basis, atau dalam
kelompok OMK sendiri) dan bermasyarakat (misalnya tidak ikut bertanggung
jawab atas kerusakan dan kebersihan lingkungan hidup, buang sampa
sembarangan tempat), bahkan slogan ”EGP” alias Emang Gue Pikirin,
menjadi sesuatu yang biasa, atau bila ada tugas yang membutuhkan tenaga,
pikiran ekstra, ada kecenderungan untuk tidak mau berani ambil resiko,
dan merasa tidak mampu ketika diberikan tugas alias ”ABCD” Aduh Booh
Cuapek Dech. Tampak bahwa sejauh sesuatu itu tidak mengganggu kehidupan
pribadinya untuk apa saya peduli. Kebanyakan orang muda mengelak
bertanggung jawab, karena jauh lebih mudah untuk “menghindari” tanggung
jawab, daripada “menerima” tanggung jawab dan sulit untuk menyatakan
dengan tegas bahwa ini tanggungjawab saya.
Maka dengan nilai tanggung jawab diharapkan :
· OMK memberikan dirinya (waktu, pemikiran dan energi) dalam menerima tugas/peran/kewajiban yang dipercayakan kepada dirinya.
· Dengan
nilai tanggungjawab ini, menciptakan karakter OMK yang siap menerima
resiko atau konsekuensi dari sikap dan tindakan-tindakan yang diambilnya
dalam rangka melaksanakan apa yang menjadi tugas / peran /kewajiban
yang dipercayakan kepadanya.
· Berani menerima apa yang diwajibkan dan melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya.
·Melakukan
tugastugasnya dengan integritas diri yang tinggi. Dengan itu OMK
berjuang untuk mengusahakan perubahan yang positif, baik bagi diri
sendiri maupun dengan orang lain (Gereja, masyarakat dan lingkungannya).
·
Tanggungjawab berkaitan dengan tiga dimensi, pertama : dimensi
personal, manusia mempunyai tanggungjawab terhadap dirinya sendiri.
Kedua, dimensi komunal, manusia mempunyai tanggungjawab terhadap
sesamanya yang meliputi keluarga, masyarakat, Negara dan lingkungan
alam. Ketiga, dimensi teologal manusia mempunyai tanggungjawab terhadap
Allah sebagai asal dan tujuan hidup.
Dengan
menghidupi nilai- nilai ini dengan sungguh dan menjadi pegangan hidup
kita maka pada akhirnya kita mampu membangun sebuah keadaban baru yang
bercirikan militansi dalam iman, cinta, tanggung jawab, mencintai
kehidupan dan pada akhirnya menciptakan persaudaraan sejati di antara
kita. Inilah tanggung jawab kita bersama, dan “Anda tidak bisa lari dari
tanggung jawab hari esok dengan menghindarinya pada hari ini” demikian
kata Abraham Lincoln. Sebagai OMK, kita mempunyai tugas dan
tanggungjawab tentang hal ini.
5. Penutup
Dipundak
orang muda diserahi tugas untuk mengembalikan keadaban publik dengan
meluruskan tatanan nilai yang sudah mulai bengkok. Yakinlah bahwa kamu
pasti bisa untuk merubah keadaan ini. Kalau bukan kamu siapa lagi, kalau
bukan sekarang kapan lagi.
Rm. Benyamin Apelabi,Pr ( Team Pendidikan Nilai Keuskupan Larantuka )